Kamu Tak Akan Kedinginan Seorang Diri Di Kota Malang

Kampung Warna-Warni, Jodipan, Malang. Foto : www.hipwe.com
Kalau kamu sedang berada di Kota Malang, kamu akan tahu bagaimana kondisi cuaca di kota ini. Dalam bulan-bulan ini Malang memang terasa sangat dingin.

Ketika mulai menulis catatan ini tadi malam, laporan cuaca yang aku lihat menunjukkan Malang sedang berada pada titik 19°C pada pukul 01:00 malam. Beberapa jam sebelumnya, saat aku masih di warung kopi pukul 22:56, laporan cuaca menunjuk pada 17°C. Cukup dingin bukan?

(Seharusnya catatan ini bisa aku selesaikan tadi malam, tapi karena kondisi tubuh yang nggereges, aku lebih memilih untuk membenamkan tubuh dibalik selimut.)

Cuaca dingin seperti ini menjadi hal yang biasa saat musim kemarau tiba. Dan akan semakin terasa dingin ketika memasuki puncak kemarau. Rabu lalu (21/082019) CNN melansir Laporan BMKG yang mencatat puncak kemarau akan terjadi pada Agustus hingga September nanti.

Juni lalu (26/06/2019) Tirto.id menurunkan berita serupa. Suhu dingin di Kota Malang akan terus bergerak bahkan bisa mencapai 13°C. Fenomena suhu dingin tersebut terjadi di Jawa hingga Nusa Tenggara. Hal itu terjadi secara berkala di pertengahan tahun. Karena posisi bumi terhadap matahari berada pada titik paling jauh. Juga pengaruh dari angin muson yang bergerak dari Australia.

Setelah mengalami puncaknya pada Agustus-September, kemarau tidak serta merta akan berhenti. Masih ada sisa kemarau pada Oktober-November.

Musim hujan diprediksi baru akan terjadi bada akhir November hingga puncaknya terjadi pada awal tahun 2020.

Suhu yang sangat dingin ini hanya terjadi pada puncak kemarau. Pada hari-hari biasa kalau kamu tinggal di Malang, cuaca terasa sangat panas. Bahkan bisa dibilang pada puncak kemarau ini pun sebenarnya terik matahari cukup panas. Hanya saja, Malang yang terletak di dataran tinggi membuat angin atau udara yang berhembus terasa lebih dingin menyentuh kulit.

Perubahan iklim di Malang terbilang sudah cukup lama. Meskipun kenaikan suhunua tidak lebih dari 1 derajat per tahun, tetapi itu terjadi terus menerus.

Perubahan itu terjadi karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan kendaraan bermotor. Tiap tahunnya jumlah pendatang baru di Kota malang bisa mencapai belasan ribu. Ditambah lagi dengan kendaraan bermotor yang dibawa oleh masing-masing orang.

Selain itu, berkurangnya jumlah lahan hijau terbuka juga menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan iklim di Kota Malang. Pembabatan hutan dan alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun terus terjadi sepanjang tahun.

Geliat Malang dengan segala hiruk pikuknya, gelombang wisatawan, penduduk pendatang dan deretan tembok-tembok yang bertumbuh subur itu berbanding lurus dengan perubahan iklim atau peningkatan suhu yang terjadi.

Selain hawa dingin di bulan-bulan ini, kamu juga bisa merasakan hawa menyengat di Kota Malang pada bulan-bulan selanjutnya.

Dan perlu kamu tahu, 2017 lalu TribunJatim mencatat penduduk yang beraktivitas di Kota Malang mencapai angka 1 juta. Termasuk penduduk asli dan pendatang. Faktor yang paling berpengaruh adalah sektor ekonomi dan pendidikan. Belakangan, katanya, cuaca juga menjadi faktor penting dalam pertumbuhan jumlah penduduk  di kota ini.

Data itu tiga tahun lalu. Bayangkan berapa jumlah pertumbuhan penduduk tahun ini? Bukankah tiga tahun adalah waktu yang cukup untuk berkembang?

Jadi, tenang saja, kamu tidak akan kedinginan atau kepanasan sendirian di Kota Malang.

You Might Also Like

0 komentar