Jelek


Kamis kemarin keluarga, sanak-saudara berkumpul di rumah. Tumplek-blek. Ada yang sejak hari rabu sudah datang dan menginap. Bahkan bibik yang rumahnya paling dekat, sejak seminggu sebelumnya sudah wira-wiri ke rumah. Kami semua berkumpul untuk memperingati 40 hari wafatnya nenek.

Sudah menjadi tradisi di daerah kami, bila bertemu dengan keluarga, sanak-saudara atau bahkan tetangga yang lama tak jumpa, kami akan berjabat tangan dan menanyakan kabar masing-masing. Tradisi itu memupuk rasa keakraban, persaudaraan yang erat dan rasa saling memiliki. Maka agak aneh rasanya bila tak berjabat tangan dengan tamu, sanak-saudara atau tetangga yang kita temui.

Diantara sekian banyak sanak-saudara dan tetangga yang berkumpul hari itu, ada satu keponakan yang, sebenarnya, lucunya minta ampun. Badannya sangat gembul. Usianya baru 7 tahun berjalan. Sekolah masih kelas 1 SD. Tapi berat badannya sudah 35 kg. Namanya Tomi, Abu Yazid Al-Bustomi. Nama pemberian dari Mbah Kung-nya.

Kalau ketemu dengan saya Tomi lebih banyak diam. Tak banyak bicara. Ia baru akan banyak bicara dan main-main dengan adiknya, Naily dan kakaknya Himmah. Sa pikir, mungkin karena dunianya adalah dunia anak-anak yang penuh main-main dengan riang gumbira, maka main dengan saya tak begitu menarik perhatiannya.

Namun, sejak tiba di rumah kamis kemarin, saya rasa ada yang aneh. Dari sekian banyak sanak saudara, cuma Tomi yang tak mau sa ajak berjabat tangan. Ia seperti menghindari sesuatu. Mukanya ditekuk. Mlotrok!

"Hey, Tom, kan ini sodaranya sendiri, kenapa gak mau salaman?" Tanya saya sambil mengulurkan tangan.

Tomi masih menunduk, menyandarkan bokongnya ke tembok. Ia gesk tipis-tipis tembok itu dengan bokong gembulnya.

"Salaman, doong!" Pinta saya membujuknya. Ia bergeming.

"Kenapa si gak mau salaman, hayo?" Tanya saya terus menggodanya.

"Jelek, og!" Jawabnya singkat. Medok. Mak Dheb! KO saya!

"Waaaaarrgghh..!!" Sa mbengok. Hanciiik batin saya.

Dia malah ketawa. Orang-orang yang tau ikutan ketawa.

"Sampeyan kok jujur banget ya, Tom. Tapi gapapa, sa suka." Sa ketawa ngakak. Tapi tetep saja muka saya njempalik. Cur, dibully cah cilik! Sa mlipir keluar.


02/12/2021

You Might Also Like

0 komentar