Sebuah Kunjungan

Ndombos banget kan. Malam ini saya dikunjungi anak ini bersama salah seorang sahabatnya. Sengaja memilih tempat duduk di lantai dua. "Sekalian ngerjain skripsi, mas." Katanya.

Sampai di lantai 2 saya lihat ia malah asik makan. Di sela-sela kesibukannya mengerjakan skripsi ia bekerja paruh waktu di sebuah counter. Tempat kerja saya dulu. Sudah hampir dua bulan ini ia bekerja di sana.

Sambil mengudap makanan, ia bercerita. Pengalaman yang hampir-hampir sama. Kerinduan untuk bersendiri dan membaca dan menulis. Sampai-sampai ia pernah meliburkan diri. Tidur seharian. Mbangkong.

Saya juga pernah mengalaminya. Rasanya tiap orang juga pernah mengalami. Kejenuhan terhadap aktifitas yang banyak meminta waktu, tenaga dan pikiran.

Kalau sudah begitu, maka kita butuh istirahat atau menyegarkan diri. Banyak pilihan yang bisa kita lakukan. Suka-suka. Misal, Bersendiri, menikmati momen-momen hanya dengan diri kita sendiri. Atau menghabiskan waktu libur penuh untuk membaca, menulis, jalan-jalan atau sekadar menemui orang-orang (hal-hal) yang kita sukai, kita rindukan.

Setelah kesegaran itu kembali, maka kita akan lebih bersemangat menikmati aktifitas-aktifitas kita. Kembali berjibaku dengan pekerjaan-pekerjaan yang menanti untuk diselesaikan.

Anak itu nggethu melototin laptop. Entah apa yang dibaca. Saya mengenalnya beberapa tahun silam. Gara-gara tulisan. Kemudian saya tau ia mulai aktif di lembaga pers mahasiswa. Saya melihat perkembangan yang signifikan dalam proses berkaryanya. Tulisan-tulisannya asyik. Berbobot. Bahkan berkali-kali saya minta padanya untuk mengajari saya. Tapi, aesh. Sampai sekian tahun tak pernah mau. Mau tak mau saya belajar dengan membaca tulisan-tulisannya. Berdialog.

Kemudian tahun lalu kami bersepakat bersama empat sahabat kami untuk menulis bersama. Tulisan-tulisan itu kami unggah di halaman facebook. Sampai akhirnya sahabat kami membuat website untuk menampung tulisan-tulisan kami.

Ada masa-masa produktif dan tidak. Ada masa-masa begitu bersemangat dan tidak. Sampai kami berenam disibukkan oleh aktifitas lain. Dan pada satu titik, keputusan kami adalah istirahat. Kami tak mau berhenti. Maka kami bersepakat, dalam istirahat itu kami harus mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kembali bekerjasama. Belajar bersama. Tentu saja setelah kami bisa mengatur ritme aktifitas kami yang lain.

Sesekali bila bertemu, kami bercerita. Baik tentang aktifitas kami dalam membaca, menulis, belajar maupun bekerja. Dan, dibalik cerita-cerita itu, ada kerinduan yang sama.

~Alah. Seruput dulu kopinya. Malang dingin. Oya, kabarnya skripsi yang ia garap soal iklim. hm.

Siram Fuad Ramadhan Ahlam Aliatul Rahma

You Might Also Like

0 komentar