Ziarah ke Makam Aulia dan Para Sepuh di Malang

Gambar diambil dari salah satu laman sarkub

(Arsip tulisan lama. Semoga tidak lagi terlupa)

Selasa 17 Februari 2014

Assalamu’alaikum Wr Wb..
Kangenn..
Semoga kita selalu dijaga dalam naungan kasih-Nya.. semoga apa yang menjadi do’a kita bersama dikabulkan oleh-Nya..

Apa kabar di rumah? Tulislah cerita, sering-seringlah menulis, biar aku baca.. biar aku bisa bercengkerama meski Cuma lewat tulisan, Sayang..

Di sini, aku mulai lagi untuk menulis.. aku ingin bercerita banyak lewat tulisanku. Aku junga ingin membaca banyak ceritamu.. mari kita menuliskan cerita kita bersama..

Ada beberapa cerita yang mau aku sampaikan. Sore tadi (Jumat 13 Februari 2015), sekitar pukul setengah empat sore Ana, teman baruku, mengirim pesan. Ia menanyakan apakah rencana ziarah Aulia Malang jadi aku lakukan. Aku mengiyakan, tapi sementara ini aku masih mengumpulkan informasi mengenai Aulia yang akan aku ziarahi.

Beberapa waktu sebelumnya, ketika aku mengabarkan rencana tersebut ia merasa tertarik dan menerima tawaranku untuk ikut serta.
Dan sore tadi setelah berkirim beberapa pesan, aku sampaikan padanya bahwa aku ingin ngobrol beberapa hal. Karena sore tadi ia tidak sibuk, kami bisa bertemu.

Aku tawarkan untuk ngobrol di kosanku, sekalian temen-temen An-Nashih juga sedang berkumpul untuk latihan. Dalam pertemuan sore tadi, sekali lagi aku sampaikan padanya bahwa aku ingin belajar menulis dan aku harap ia mau membantuku. Syukur ia bukan orang pelit yang sulit berbagi dengan orang lain. Sebaliknya aku rasa ia menyambut baik dan wellcome dengan permintaanku untuk belajar menulis darinya.
Selain itu kami juga berbincang tentang rencana untuk ziarah Aulia Malang. Aku sampaikan bahwa rasanya janggal, kurang afdhol, jika kita telah lama tinggal di suatu tempat tapi kita tidak mengetahui siapa dan dimana tuan rumahnya. Konyol sekaligus kurang ajar.

Secara pribadi, aku teringat pesan paman, beliau mengatakan jika kurang baik-kalau tidak boleh disebut keliru-jika kita menziarahi banyak makam Aulia atau sesepuh tetapi kita sendiri tidak pernah menziarahi makam sesepuh atau leluhur kita sendiri. Pesan beliau, sebelum kita ziarah ke mana pun, seharusnya kita ziarah ke makam sesepuh atau leluhur kita dulu.

Beliau juga becerita bahwa di tiap tempat, pasti ada sesepuhnya. Dalam artian orang yang babat alas, para pendahulu, dan kepada mereka kita harus menaruh hormat, bersyukur atas apa yang telah mereka lakukan sehingga kita bisa menginjak tanah yang kita tempati dengan selamat.

Mengingat itu semua, aku sadar bahwa selama aku tinggal di malang, aku belum lagi menziarahi beliau-beliau sesepuh tanah yang di-tuakan ini. Karena itulah aku memutuskan untuk mengajak beberapa teman untuk ziarah ke makam para sesepuh.

Untuk itu aku perlu mengumpulkan informasi, siapa saja yang kiranya harus aku ziarahi dan dimana sekiranya aku berziarah. Maka aku mengajak beberapa teman untu ikut serta dalam ziarah ini antara lain; Ana, anggota UKMP dan anggota rayon ibnu kholdun, kalau tidak salah angkatan 2013. Aku punya rencana untuk minta tolong Ana menrekam perjalanan kami dalam tulisan. Oya, setelah beberapa lama kami berkomunikasi via sms, baru sore tadi aku bertemu langsung dengannya.

Ilham, ketua komisariat kita. Dia juga tertarik untuk belajar menulis dan setelah membaca buku Wali Songo yang dia pinjam dariku, ia ingin ziarah keliling malang. Maka tak perlu aku bujuk lagi, kami punya keinginan yang sama.

Izzu, anak sejarah. Aku lupa dia angkatan berapa. Yang jelas ia serius dengan keilmuannya. Ia juga alumni pesantren Al-Amin Mojokerto, satu almamater dengan Mas Agung. Karena itu juga aku dekat dengannya. Dengan keilmuannya itu, aku mau minta tolong agar ia mau membantu dalam penelusuran latar belakang tokoh sesepuh atau Aulia yang akan kami ziarahi. Maka aku ajak serta dia dalam perjalanan ini.

Fuad juga aku ajak. Lama sebelum rencana ini aku pikirkan lagi, dulu kami punya rencana yang sama, ziarah Aulia malang. Dan ia lebih baik dalam memimpin do’a.

Selain itu mungkin Gus sani atau Mbah Rohim jika berkenan atau tidak sedang sibuk. Aku sudah menyampaikan rencana ini dan bertanya beberapa hal kepada mereka.

Selain itu, rencana ini terbuka untuk teman yang mau ikut. Hanya saja mungkin tidak banyak yang akan kami beri kabar. Tidak terlalu banyak orang yang ikut mungkin bisa lebih khidmad.

Dan di sela-sela latihan temen-temen tadi aku sempat berbincang tentang kepenulisan. Akhirnya kami putuskan untuk menulis bersama. Kebetulan hari Jumat-minggu nanti ada kegiatan Sekolah Kader Putri (SKP). Malam ini ilham sudah berangkat kesana, besok Ana berangkat, dan besok sore, aku juga akan berangkat bareng temen-temen An Nashih. Kami berencana untuk membuat satu tulisan yang dikerjakan bersama. Entah bagaimana jadinya nanti. Sekarang masing-masing dari kami mencoba untuk mencari angle yang asyik untuk tulisan kami. Kebetulan tempat SKP-nya di pondok pesantren Al-Islahiyah Singosari, dekat dengan makam Mbah Tohir. Barangkali nanti kami bisa mampir kesana. Sebenarnya akan lebih baik kalau Gus Sani bisa ikut ke Mbah Tohir. Tapi sayangnya Gus Sani sedang ke Madura. Do’akan saja semoga semuanya berjalan lancar.

Mungkin sampai disini dulu yang bisa aku ceritakan.. Gantian.. Kirim cerita yaa..

You Might Also Like

0 komentar