Membaca

Gus Sani dengan buku Aku & LIGA yang berhasil ia terbitkan dengan mengompori sahabat-sahabatnya

Sudah sekian lama saya merasa sulit sekali untuk membaca. Waktu saya habis untuk semacam aktifitas kerja nganggur yang menyita banyak sekali waktu, tenaga dan pikiran.

Siang hari dengan berbagai aktifitas fisik, waktu dan tenaga jelas amblas. Ketika malam menjelang, kadang saya mengidamkan suatu malam yang sunyi, lengang, kemudian saya bisa menandaskannya untuk melahap berapa bacaan.

Tapi nyatanya malam-malam yang datang harus saya timang dengan memeras pikiran yang sudah kering kerontang untuk kerja nganggur esok hari yang harus terus dihidupkan.

Ada rasa syukur memang ketika bisa mendayagunakan apa yang kita punya dengan optimal. Tapi jika disuatu saat terasa ada sesuatu yang kurang dari diri kita, awalnya mungkin terasa aneh. Tak nyaman. Lambat laun bisa jadi sakit.

Maka di sela-sela kesibukan nganggur itu, kadang kita harus mengambil celah untuk mencukupi kebutuhan diri kita yang mungkin sudah lama terlupa. Agar kita tidak terjungkal di lubang ketimpangan. Agar kita bisa menjaga diri dalam keseimbangan.

Tapi kalau saya melihat orang di foto di atas, saya misuh dalam hati. Fuk!
Dia hidup dengan sekian aktifitas yang begitu padat. Tenaga yang tak habis-habis. Selalu mobile. Dan ini lagi yang bikin kessal, terus menulis dan membaca.

*Buku itu, salah satu karyanya bersama sahabat-sahabatnya yang berhasil dia kompori. Settan kamu, Gus!

12/07/2016 #reneocoffe

You Might Also Like

0 komentar