Giri


"Ketika sahabat saya tadi bilang, dalam obrolan kami di WhatsApp, bahwa ia sudah dua kali ke Ampel bulan ini, seketika saya teringat Giri. Sudah berapa lama saya ingin ke sana. Tapi sampai sekarang belum juga kesampaian.

Suatu saat kemarin, ketika keluarga tiba-tiba bepergian ke beberapa tempat serupa dari Surabaya, Gresik, Lamongan, Tuban, Jombang, kemudian Mojokerto, mereka juga tak memberi kabar. Tepat ketika mereka akan berangkat, baru saya tahu kabarnya.

Berikutnya, di lain hari, sepupu saya bercerita. Baru saja ia pulang dari Giri bersama beberapa orang temannya. Saya menegurnya, kenapa tak mengajak serta saya untuk ikut. Ia berkilah bahwa tak tahu menahu kalau saya sedang ada di rumah.

Terakhir, ketika kakak sepupu saya bersama teman-temannya juga pergi ke Bejagung, Tuban, ia juga tak memberi kabar. Saya tahu dari status WhatsApp yang ia bagikan. Saya bertanya padanya, 'hm. kok ya gak kabar-kabar?' Tanya saya membalas status WhatsApp-nya. Saya juga punya teman di daerah itu. Dan kalau saya ikut, kita bisa mampir ke rumahnya, atau sekedar bersapa di warung kopi. Setelah itu kita juga bisa pergi bersamanya ke Mbah Bejagung atau Bonang.

'Lain waktu, yang lebih longgar. Tak tergesa seperti sekarang. Berangkat sore, pulang ketika pagi menjelang.' Terang Kakak sepupu saya.

Saya bersyukur, punya teman yang tersebar di beberapa daerah. Beberapa memang teman baik. Jadi saya bisa mampir, atau bahkan menginap di tempatnya.

Di Surabaya, saya kerap ditemani adik tingkat saya semasa kuliah dulu. Ia menjemput saya ke Terminal Purabaya dengan motornya, kemudian kami berkendara ke Ampel. Di lain kesempatan, kami sama-sama naik angkot dari terminal itu ke terminal Joyoboyo. Dari sana kami oper angkot ke Ampel.

Jika saya pulang dari atau berangkat ke malang lewat Surabaya dengan naik bus, tak lupa saya hubungi adik tingkat saya itu. Bila ada kesempatan, kami bisa ke Ampel bersama.

Sedang jika saya lewat Mojokerto dengan motor, saya belokkan perjalanan ke Troloyo, Mojokerto. Atau saya hubungi beberapa sahabat yang tinggal di Mojokerto, barangkali kami bisa ke sana bersama.

Dulu saya juga kerap berkunjung ke Mojokerto. Kadang menginap di rumah Mas. Jalinan persaudaraan yang terbangun antara kami memang bukan saudara sedarah. Tetapi kedekatan yang ia bangun, sanggup meleburkan kami.

Nah, jika sedang pas, saya bisa ikut salah seorang sahabat yang lama tinggal di Pasuruan. Di sana ia belajar juga mengajar. Tinggal di lingkungan pesantren Salafiyah. Suatu kali ketika haul Mbah Hamid kami singgah ditempatnya. Dalam perjalanan pulang, ia mengajak kami ke beberapa tempat sepuh.

Satu lagi, seorang sahabat yang juga tinggal di Surabaya. Ia punya keluarga di Leran. Tiga tahun lalu, ketika usai silaturahmi dalam suasana idul fitri, ia mempersilakan singgah.

Tapi. Dari semua itu, Giri adalah salah satu tempat yang ingin saya singgahi.

Ada satu kebiasaan dalam masyarakat kawasan tempat tinggal saya. Barangkali beberapa kecamatan. Berkunjung ke Giri ketika akan memasuki masa tanam dalam kalender pertanian mereka. Juga pada saat menjelang hari penting, atau sedang menyampaikan hajat. Seolah ke Giri-lah sowan mereka sebelum menyelenggarakan banyak hal.

Maka, ketika sahabat saya tadi bilang bahwa ia sudah dua kali ke Ampel bulan ini, seketika saya teringat Giri."

                                    ***

Panjang ia berkisah. Seolah ia benar dicekam rindu yang dalam. Saya mendoa dalam hati, semoga segera ia sambut pertemuan itu.

You Might Also Like

0 komentar