Bingkisan Kecil Untuk Teater Yang Lebih Besar


'Bingkisan Kecil' yang berlangsung mulai pukul 20.00 WIB malam tadi (27/03/2018) menjadi gelaran yang indah. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperingati Hari Teater Sedunia tersebut digelar di beranda perpustakaan Universitas Negeri Malang. Kegiatan tersebut berangkat dari kegelisahan terhadap geliat komunitas-komunitas Teater yang ada di kota Malang.

Secara kuantitas, komunitas maupun lembaga yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas Teater memang tumbuh dengan subur. Baik komunitas teater sekolah, kampus, maupun independen. Namun begitu, pertumbuhan kuantitas tersebut tak dibarengi dengan pertumbuhan kualitas yang signifikan. Belum lagi pertumbuhan yang begitu pesat itu justru ditingkahi dengan wacana sikap ekslusif dari banyak komunitas teater. Alih-alih berkarya dan tumbuh bersama menciptakan iklim berteater yang produktif dan sehat, yang terjadi justru keberjarakan antar komunitas.

Berangkat dari kegelisahan itu lahirlah inisiasi peringatan Hari Teater Sedunia yang mengambil tema Bingkisan Kecil. Tagline yang dipilih pun terasa begitu satir, Hidup enggan mati tak mau". Celakanya Pak Doni yang menjadi salah satu narasumber dalam talkshow malam itu masih sempat memelesetkannya menjadi "Hidup enggan mati tak mampu". Makin babak belurlah kita.

Bingkisan kecil dibuka dengan pertunjukan musikalisasi puisi yang dibawakan oleh Sanditawara dari UMM. Empat orang membacakan puisi dari beberapa penyair tanah air diiringi musik tradisi-modern.

Selain itu, komunitas yang menyajikan pertunjukan mereka antara lain STK-AK (Sanggar Tari dan Karawitan  - Asri Kusuma) yang menyajikan tari Sanggita. Disusul Komunitas Beranda (juga dari UMM) yang menyajikan musikalisasi puisi. Kelompok ini terbentuk ketika mereka mengikuti lomba musikalisasi puisi di Jakarta.

Kemudian tiga  orang secara bergantian mendeklamasikan puisi. Dilanjutkan Teater Embun SMK 3 Malang yang baru saja menggelar pentas produksi kedua pada sabtu (24/03) kemarin juga turut menyajikan musikalisasi puisi.
Haris Rendika yang bermain solo malam itu membawakan dua materi lagunya, Jangan Berjarak dan Tritunggal Tentang Waktu.

Pada kesempatan ini pula ada kejutan yang dihadirkan oleh penyelenggara dengan ungkapan selamat ulang tahun yang ditujukan pada Prof. Djoko Saryono yang hadir malam itu. Beliau pun turut membacakan puisinya. Rangkaian pertunjukan malam itu ditutup dengan sajian dari KBKB (Kelompok Bermain Kangkung Berseri) yang setia pada teater tubuhnya.

Acara Bingkisan Kecil ini dilanjutkan dengan talkshow yang menghadirkan tiga narasumber, Doni Kus Indarto, Mutia Avezahra, dan Leo Zaini. Dipandu Wildan Jayus T Rahman sebagai moderator, testimoni awal ketiga narasumber berkaitan dengan pengalaman masing-masing tentang proses yang dilakukan bersama komunitas atau kelompoknya.


Ada tiga catatan penting dalam testimoni tersebut. Pertama, berkaitan dengan kembang kempis produktifitas dan kualitas teater di Malang. Pak Doni yang membina Ruang Karakter mengidentifikasi tidak adanya kritikus Teater di Malang sehingga tidak adanya pijakan penilaian atas sajian dan perkembangan teater yang terjadi di Malang. Selama ini sajian teater terus-menerus ditutup dengan sarasehan atau diskusi pasca pentas yang justru seringkali terjebak pada penghakiman dan caci maki. Harapan akan terjadinya diskusi, tranformasi keilmuan dan kritik membangun yang bisa memperkaya baik penyaji maupun penonton justru seringkali hilang.

Kedua, upaya dokumentasi dari pelaku teater sendiri terhadap karyanya seringkali belum dilakukan dengan optimal. Ketika sebuah sajian teater mencoba menyampaikan gagasan terhadap masyarakat baik gagasan (bentuk) pertunjukan maupun tawaran, katakanlah, sikap dan solusi atas persoalan yang terjadi, seringkali dokumentasi yang dilakukan belum banyak menyentuh pada tahap dokumentasi tulis. Hal ini penting sebagai sebuah upaya dokumentasi pemikiran yang bisa menjadi bahan referensi atau kajian-kajian lebih lanjut maupun portofolio kekaryaan. Upaya dokumentasi semacam inilah yang coba dilakukan oleh Mutia Avezahra bersama Teater Komunitas dan Ruang Karakter.

Ketiga, adalah persoalan keberjarakan antara orang-orang yang belajar teater dengan dirinya sendiri. Sebagai pribadi manusia maupun institusi kelompok atau komunitas yang punya identitas baik secara spiritual, sosial, maupun kultural justru para pembelajar teater berjarak dengan identitasnya. Sehingga ketika menggarap sebuah pertunjukan pun tak mampu menyentuh persoalan-persoalan yang lebih dekat dengan kondisi maupun identitasnya. Persoalan-persoalan yang sebetulnya tengah membelit tak mampu ditangkap dan disuarakan lewat pertunjukan-pertunjukan yang digelar.

Keberjarakan tersebut akhirnya menghalangi kita untuk menyatakan apa, siapa dan bagaimana diri kita, teater kita. Sehingga dalam konteks percaturan teater yang lebih luas, kita gagal memberikan kontribusi. Tak ada yang bisa dilirik dari pertunjukan-pertunjukan yang kita sajikan.

Talkshow yang sempat akan dihentikan oleh salah satu narasumber pada awal sesi karena kegaduhan audiens di belakang akhirnya tetap berlanjut sampai pukul sebelas malam. Sejak awal pun kegiatan ini digelar dengan sangat terbuka. Baik tempat yang memakai lokasi beranda perpustakaan UM maupun konsep acara. Ketika acara ini digagas, ia ditawarkan kepada siapapun yang ingin terlibat baik dalam penyelenggaraan acara maupun pengisian acara. Semuanya boleh terlibat karena kehadiran kegiatan ini pun ditujukan untuk kemajuan bresama. Sampai akhirnya sambutan baik datang dari berbagai pihak.

Ada sebuah pemahaman bersama bahwa perkembangan, hidup dan mati Teater Malang terletak pada para pelakunya. Terlepas dari apa dan bagaimana kecenderungan yang dipilih, ketika ada kesatuan paham untuk secara bersama-sama menciptakan iklim perteateran yang sehat dan produktif, saling mengasah kreatifitas dan saling memperkaya wawasan satu sama lain bukan tak mungkin teater Malang menjadi satu sajian yang diperhitungkan di kancah yang lebih luas.

Semoga 'Bingkisan Kecil' malam tadi bisa menjadi jembatan kita untuk melangkah bersama. Selamat hari teater sedunia!

(Dipublikasikan pertama kali di blog lensateater.blogspot.com)

You Might Also Like

0 komentar