Serampangan


Entah kenapa beberapa minggu terakhir ini saya merasa aneh dengan kondisi parkir di warung kopi langganan saya. Sebelum-sebelumnya saya merasa baik-baik saja. Tidak seperti beberapa minggu terakhir ini yagn bikin jengah, jengkel, sampai malas.

Di warung langganan saya adatiga titik tempat untuk memarkir motor pelanggan. Pertama dan yang paling utama ada di depan pintu masuk warung. Titik ini jelas menjadi pilihan pertama. Karena begitu sampai di lokasi warung itu, di sebelah kiri jalan masuknya sudah bisa dilihat titik parkir pertama. Titik pertama ini bisa menampung 10-15 motor.

Titik yang kedua berada di sebelah warung. Dari jalan masuk tadi, kita bisa memilih ke kiri untuk parkir di titik pertama, atau lurus saja untuk memilih titik parkir kedua. Di titik parkir kedua ini hanya bisa memuat satu baris motor. Berbeda dengan titik yang pertama yang bisa memuat beberapa baris motor. Di titik parkir kedua ini hanya bisa memuat beberapa motor saja. Mungkin 6-10 motor. Nah, di titik parkir yang kedua ini satu-satunya tempat parkir yang beratap. Karena bagian atas tempat parkir ini juga dipakai untuk ngopi juga. Warung ini dua lantai.

Selanjutnya adalah titik ketiga yang berada di belakang warung. Warung ini mempunyai halaman belakang yang luas. Jika keseluruhan halaman belakang ini digunakan untuk parkir motor, mungkin bisa menampung 50-an motor. Tetapi kami lebih suka untuk memarkir motor kami di titik yang pertama.

Tapi, sejak hampir tiga mingguan ini, saya jarang memarkir motor saya di titik parkir yang pertama. Kenapa karena sejak dari jalan masuk warung itu saya sudah muak melihat motor yang berserak tidak beraturan!

Saya tidak tahu bagaimana pola pikir mereka sehingga bisa memarkir motor dengan sangat tidak beraturan. Bagi saya itu sangat mencerminkan pola pkir dan kepribadian meraka. Betapa mereka “Bodo Amat” dengan keadaan yang mereka ciptakan. Mereka tidak ambil pusing dengan motor lain yang jelas-jelas terhalang dengan motor mereka yang diparkir serampangan. Seacuh itu mereka!

Saya benar-benar kesal dengan hal itu. Beberapa kali saya harus bersusah payah mengeluarkan motor ketika akan meninggalkan warung. Satu dua kali saya mengalaminya. Selanjutnya saya benar-benar muak dan tidak lagi memarkir motor saya di sana. Saya memilih parkir motor ketiga yang lebih luas.

Saya heran dengan mereka yang memarkir motor secara serampangan seperti itu. Apa mereka tidak pernah mengalami kesulitan saat mengeluarkan motor karena kondisi parkir yang serampangan? Kalau pernah, kenapa mereka masih memarkir motornya dengan serampangan? Sederhananya, kalau mereka tidak mau disulitkan dengan kondisi seperti itu, bukankah sebaiknya kamu tidak menciptakan kondisi seperti itu?

Uniknya hal ini baru terjadi beberapa minggu belakangan. Sebelumnya belum pernah terjadi. Selama beberapa tahun langganan di warung itu, meski dari dulu juga tidak ada tukang parkir yang mengatur posisi motor kami, tetapi tidak ada motor yang terparkir secara serampangan. Yang ada mungkin parkir yang berjejal karena warung lumayan ramai dan itu bisa dimaklumi.

Tapi tiga minggu belakangan justru sebaliknya. Motor yang serampangan itu justru saat warung masih belum terlalu ramai atau tidak seramai saat arkir berjejal.

Kejengkelan saya sampai pada titik, apa sudah sebodo amat itu pikiran anak-anak sekarang?

Ini jelas berbeda dengan beberapa pernyataan yang bilang anak-anak sekarang punya respek atau kepedulilan yang tinggi terhadap lingkungan atau kondisi di sekitar mereka.

Entahlah.

You Might Also Like

0 komentar