Sering kali orangtuanya sa teriaki, "Kapoook! Sapa yang nyuruh ngasih nama Muharrik?! Raassakno kuwi!"
Saat bapaknya lagi asyik-asyiknya menjalani rutinitas Ngalong, Arik lahir cesar. [Bayangne bocah kui lair ora diadzani, tapi dijogeti nggo suling sakti. Manteb!] Untung bapaknya masih sempat menemani saat proses persalinan. Biasanya tiap Jumat sampai Minggu bapaknya tak pernah ada di rumah. Rutinitas itu dijalani kurang lebih hampir 5 tahun. Ngisi di forum kaderisasi nasional. Sang Bapak jadi salah satu instruktur wilayah. Saking manjingnya ghiroh harokah, anaknya dikasih nama Muharrik Syubanul Wathon.
Di usianya yang belum genap dua tahun Arik sudah ngoceh banyak hal. Ngecemes. Semua-mua ditanyakan. Sudah begitu nanyanya diulang-ulang. Seperti sengaja mempermainkan orang yang ditanya. Sampai yang ditanya diam dan hanya melihatnya dengan kesal. Baru mukanya mlengeh ketawa. O, tak pacul kapok we!
Sekarang ia sudah TK dan makin banyak tingkah. Dilihat dari usia perkembangannya ia tampak seperti punya kecerdasan lebih. Penyerapannya terhadap informasi boleh dibilang cukup kaya untuk anak seusianya. Sialnya ia juga tangkas mengolah informasi yang diperoleh.
Ia juga punya kebiasaan yang kami hapal. Kalau sedang baik-baik saja, ia biasa manggil bapaknya Abah. Tapi kalau sudah kumat reseknya, ngantuk dan ngalem, semua-mua diganggu, dirisak, dan maunya cuma gelendotan di dada bapaknya. Tentu saja dengan merajuk dan teriakan, "Aaayaaah!" Sambil gosok-gosok muka tak jelas.
Mendapati rumah saya yang sedang ramai persiapan 40 harinya nenek, tiba-tiba Arik bertanya, "Bah, nuk omahe Yak Udi kok rame?"
"Iyo, Yak Udi kate lamaran." Jawab bapakanya waton muni.
"Ho, lamaran karo sopo? Lamaran kok dewe?" Tukas Arik. Mukanya polos. Tapi tingkahnya nyebahi. Turunan bapaknya. Bapaknya ngakak gak habis-habis. Ketika ketemu dengan sodara-sodara bapaknya bercerita dengan riang gumbira. Membabi buta. Sampai sini kalian harus paham dari mana asal kenakalan anaknya yang reseknya naudubilah.
Ncen dulur cap 💩 ! KZL!
05/12/2021