The Power Of Ndeleming

Beberapa bulan lalu kakak menemui saya ke warung tempat saya kerja. Meski bukan kakak kandung, tapi rasanya tak bisa untuk menepis betapa ia seperti kakak kandung saya.

Dengan nada setengah jengkel ia memperingatkan saya, bahwa saya harus segera memperbaiki segalanya. Melunasi hutang-hutang yang belum terbayar, tanggungjawab yang belum tuntas terselesaikan, bahkan kalau ada genteng bocor dan selokan mampet rasanya ia juga akan memperingatkan saya; segera!

Jika ada istilah Para Bajingan Yang Menyenangkan, mungkin kakak saya ada tipe orang macam itu. Bila ada istilah hater, tukang nyinyir, tukang paido sampai tukang kisruh, saya pastikan kakak saya adalah tipe orang macam itu (dalam hidup saya).

Tapi, selain itu semua, ia juga membimbing dan mengajari banyak hal, seperti guru. Memantau perkembangan, menjaga dan mengasihi seperti seorang kakak pada adiknya atau bahkan orang tua pada anak-anaknya. Meyakinkan, membakar semangat seperti seorang provokator.

Suatu saat bila ada yang bertanya tentang kakak saya itu, akan saya jawab dengan pasti, "iku wong mbokne ancuk!" Baik dengan tawa pecah maupun senyum berurai air mata.

Terakhir kali, pesan yang ia sampaikan (selain pesan-pesan yang tak bisa saya tuliskan) adalah berpuasalah! Puasa dari segala aktifitas yang dulu pernah kami lakukan bersama. Berpuasalah sementara, sampai empat tahun ke depan. Setelah itu kau bisa melakukan apa saja, sesukamu.

Tapi belum genap setahun pesannya terngingang di telinga saya, rasaya benar-benar sudah ingin mengumpat dengan sangat laknat, "Diamput!".

Rasanya tak ada urusan dengannya yang tak akan selesai tanpa umpatan. Argh! Kalau ada kesempatan dan Tuhan benar-benar mengizinkan pengen tak jambak, tak kerrrawuk, tak bengoki tak pisuhi.

*Foto ini sepertinya ia ambil saat mengawasi murid-muridnya ujian. Kalau tidak, ya berati dia guru dengan murid yang tidur lelaaaaaaap dalam prlajarannya.


(Status FB)

You Might Also Like

0 komentar