Maret & April; (Undangan) yang Keren !


Usai maghrib tadi aku meluncur ke jalan Jombang. Ke sebuah kosan yang cukup familiar. Bertahun-tahun lalu aku kerap berkunjung ke sana.

Sore tadi April mengirim pesan WhatsApp. "Mas, hari ini bisa ketemu? Sorean gitu."

Aku mengiyakan. Rencananya kami bertemu di UKM pukul lima sore. Usai sepakat dengan janji itu aku lanjut menarik selimut dan berselancar di dunia maya. Aku ingin menghabiskan hari minggu dengan banyak membaca tulisan-tulisan ringan dan menarik. Bisa artikel liputan-liputan mild report atau hanya membaca kisah-kisah yang dibagi di beberapa blog yang aku suka.

Sore merunduk. Aku mandi dan bersiap meluncur ke UKM. Meski ada rasa tak yakin. Aku sudah jarang main ke kompleks UKM. Kecuali ada acara atau janji dengan beberapa teman. Dan untuk ke sana sore ini, rasanya aku tak yakin.

Sampai di depan gerbang kampus aku buka hp. Pesan masuk dari April yang menanyakan keberadaanku. Aku bilang padanya sudah di jalan depan gerbang kampus. Ternyata ia masih di daerah Blimbing dan terjebak macet.

Aku bilang sungkan bila harus ke sanggar. Sudah lama aku tak main ke sana. Lagipula aku tak tahu siapa yang ada di sana.

"Sudah maghrib, Mas. Sampeyan salat dulu," balasnya.

"Oke."

"Ketemu di kosku ya kalo gitu."

"Sip!"

Beberapa waktu sebelumnya kami juga sudah ada janji untuk ketemu. Tapi karena keadaan yang tidak memungkinkan, akhirnya kami belum bisa bertemu.

April hanya beberapa hari di Malang. Selebihnya ia pulang ke kampung halamannya di Dampit. Di Malang ia mengajar seni budaya di SMA Dempo.

Hari ini ketika berada di Malang, ia kembali menghubungiku untuk ketemu.

Usai maghrib aku meluncur ke kos April. Entah sudah berapa tahun dia ngekos di sana. Mulai dari kuliah sampai sekarang saat sudah kerja dan harus bolak-balik Malang-Dampit.

"Mas Hasaaaaan," sambutnya sambil membuka pintu. Aku duduk di atas motor tepat di depan gerbang yang terbuka.

"Woy!" Sahutku.

"Terimaksih ya, Mas, sudah dateng. Maaf merepotkan."

"Iya, santai aja,"

April menyodorkan sebuah bingkisan. "Ini Mas undangannya," katanya menyerahkan bingkisan undangan pernikahannya.

Undangan yang menarik, pikirku seketika. Ia mengemas undangannya bersama kemasan bubuk kopi siap seduh bertakaran kurang lebih 40 gram. Keterangan undangannya tertera di kemasan bubuk kopi itu. Maret and April. Kamis 29 Agustus 2019. Lengkap dengan keterangan tempat dan waktu acara. Ia juga menambahkan, "Petunjuk lokasi dan informasi lengkap kunjungi : www.maretapril.com".

Keren. Di website mereka bisa kita temukan informasi tentang pernikahan, kisah dan foto-foto mereka.

Kalian memang pasangan yang keren.

April memang menjual produk Kopi Dampit yang menjadi hasil bumi tanah kelahirannya. Silakan cek IG-nya, Rockal Coffee.

Beberapa waktu terakhir ini dia menghubungiku untuk menyampaikan undangan pernikahannya. 

Undangan itu ia buat bersama calon suaminya, Maret. Mereka memang pasangan seniman muda. Seniboy, teman-teman biasa mengistilahkan. Bukan seniman. 😁

April kuliah di UM, Fakultas Sastra, Jurusan Seni dan Desain, Prodi Pendidikan Seni Tari dan Musik. Sejak kecil ia sudah menari. Dan ia melanjutkan untuk menggeluti passion itu saat kuliah.

Maret juga kuliah di UM. Fakultas Sastra, Jurusan Seni dan Desain, Prodi Desain Komunikasi Visual.

Angkatan mereka terpaut sekian tahun. April kuliah angkatan 2011, sedang Maret kuliah angkatan 2007. Tapi soal jodoh, hanya Tuhan yang tau.

Aku dan teman-teman sering berkelakar soal jodoh. "Rokok di tangan kiri, kopi di tangan kanan. Tinggal jodoh yang masih di tangan Tuhan". Atau, "Jodoh itu sudah diatur Tuhan. Kamunya aja yang sulit diatur!". Yang terakhir ini bedebbaaah !

Baiklah. Jodoh memang diatur dan di tangan Tuhan. Tak usah kita recoki rencananya. Biar aku lanjutkan tentang April dan Maret dulu. 

Eh, bisa bagus gitu ya nama mereka. Pasangan Maret & April. Sama-sama nama bulan. Aku juga baru sadar saat nulis ini.

Undangan pernikahan itu mereka buat berdua. April mengemas kopi dan Maret membuat desain grafis undangan mereka.

Sampai saat ini hubungan mereka masih terpaut jarak. April di Malang, Jawa Timur, sedang Maret di Papua sana. Jadi desain yang dibuat Maret dikirimkan ke salah seorang temannya di Malang untuk disablon. Kemudian April mengambil hasilnya dan mengemas dalam satu paket dengan kopi yang sudah ia siapkan.

Sebelumnya, dalam paket undangan itu ada beberapa quote yang mereka sertakan. Sebagian sudah dibagikan ke rekan-rekan guru di sekolah tempat April mengajar. Tapi saat memberikan undangan sore tadi, April bilang kalau quotenya ia ambil dan tak jadi ia sertakan dalam undangan pernikahan mereka.

Pilihan itu mereka ambil untuk menghormati orang-orang yang bisa jadi baper karena quote yang mereka bikin.

"Ya awalnya cuma buat lucu-lucuan sih, Mas, quotenya. Tapi akhirnya aku batalkan. Mas Maret juga bilang suruh ambil aja semua quote di undangan yang belum disebar. Ya buat kita mungkin itu cuma quote buat, ya sekedar lucu-lucuan, tapi kita juga akhirnya mikir kalau ada orang yang mungkin bakalan baper karena quote itu. Daripada nanti bikin perasaan gak enak ya mending gak usahlah," terang April.

Sebelum ketemu, April juga sudah mengirimkan beberapa foto quotenya ke aku. Dan, ya begitulah quote bekerja. Masuk ke ruang personal seseorang. Wekawekaweka. Sesekali kita nyengir bacanya, sesekali juga kita 'mak deg' gua banget ini. Haha.

Menurutku keputusan April dan Maret memang bijak untuk tidak menyertakan quote-quote itu dalam undangan pernikahan mereka. Bukan karena aku merasa tersinggung atau apa, tetapi pilihan menghormati perasaan orang lain yang mereka ambil itulah yang membuatku bersimpati. Kita tetap bisa merayakan kebahagiaan atau pencapaian kita tanpa merisak perasaan orang lain. Top, Pril ! Salut.

Selain mengajar seni budaya, April juga mengajar tari. Di beberapa sekolah ia mengajar tari. Beberapa event lomba juga pernah ia gawangi. Saat kuliah ia masuk ke UKM tari dan karawitan, STK-AK (Sanggar Tari dan Karawitan Asri Kusuma) UM.

Undangan yang ia bagikan ke teman-temannya di STK jadi semacam berkah tersendiri. Pasalnya, teman-temannya di UKM menyortir undangan yang ia berikan. Mana saja orang yang tak bisa ditemui, undangannya cukup dipotret dan fotonya dikirimkan. Kemudian undangan yang sepaket dengan bingkisan kopi itu mereka kumpulkan untuk persediaan ngopi.

Selain UKM tari dan karawitan, April juga masuk di UKM Teater Hampa Indonesia. Dan dari situ kami berkenalan. Aku lupa kapan tahunnya.

Perkenalan itu terjadi saat ia sedang membantu tim make up untuk pertunjukan dalam lomba Fragmen Budi Pekerti Jawa Timur. Kebetulan Rakai Hino--saat itu mahasiswa jurusan sejarah di UM, sekarang dia mengajar di jurusannya--ikut dalam lomba penulisan naskahnya. Setelah dikurasi naskahnya lolos.

Berangkat dari situ kemudian Rakai mengajak Teater Hampa untuk mementaskannya dalam lomba selanjutnya, Fragmen Budi Pekerti.

Saat proses penggarapan berlangsung, tiba-tiba ada yang menghubungiku untuk mengajak terlibat. Mereka butuh satu aktor lagi untuk pertunjukan itu. Jadilah aku ikut main. Pertunjukan itu berjudul Ontran-Ontran Baliawan.

Lomba fragmen itu digelar di Grand City, Surabaya. Nah dalam sesi make up sebelum pentas itulah aku berkenalan dengan April. Dia yang make up mukaku. Sejak saat itu kami sering ketemu di UKM.

Saat persiapan naik pentas, aku ketemu dengan Bang Acil dan Mas Yosa. Dua orang master artistik. Bang Acil sejak sekolah sudah menekuni dunia tata cahaya dalam pertunjukan teater, sampai sekarang. Bahkan ia juga membuat sebuah kelompok yang consern menggarap artistik panggung, namaya Bunker 201.

Aku sempat nulis tentang Bang Acil di blog Lensa Teater. Bisa dilihat di sini.

Sedang Mas Yosa, seniman multi talenta. Kuliah di ISI jogja jurusan seni rupa, kalau tak salah. Selain menjadi perupa, ia juga pemusik (dulu tergabung dalam Jawaika) dan sutradara teater. Monolog yang ia gawangi satu atau dua tahun lalu menyabet juara satu dalam festival monolog di Solo.

Bersama Bang Acil, Mas Yosa berkelakar ketika melihatku akan main, "He, orang artistik kok ikut main jadi aktor?" Kelakarnya. Aku ngakak.

Bertahun-tahun sebelumnya, aku memang sering ikut membantu Bang Acil untuk menggarap tata panggung. Juga Mas Yosa. Aku bersyukur punya kesempatan belajar banyak hal dari mereka. Baik tentang seni maupun hidup. Semoga mereka sehat selalu dan terus dilimpahi daya kreatif.

Lucunya lagi, saat pengumuman lomba fragmen itu, pertunjukan kami tak lolos sebagai jawara pertama. Dan Rakai menukas, "Ya wajar, aku kenal semua dengan juri-jurinya. Mereka (memang) dosen-dosenku. Tapi mereka kawan bapakku."

Memang dalam lomba itu ayah Rakai juga tercatat sebagai peserta. Bahkan sang ayah lolos sebagai jawara.

Dan April, dengan segala keluguan dan kepolosannya, seringkali mengeluarkan nasehat-nasehat bijak untukku.

Suatu kali dia berseloroh, "Maaf ya Mas, bukannya sok bijak. Tapi ya memang begitulah adanya."

Asem!

Bahkan saat memberi undangan sore tadi ia juga sempat menasehatiku. "Monggo dateng, Mas. Kalau memang lagi repot dan gak bisa dateng ya gak apa-apa, yang penting doanya setelah salat subuh," Katanya.

"Kenapa harus selesai salat subuh?" Tanyaku.

"Ya kalau waktu yang lain pasti sudah salat, tapi kalau subuh paling juga sering lewat. Makanya jangan dilewatkan biar bisa doain juga." Terangnya dengan tawa nderenges polos.

Fak banget kan pesennya.

Selamat ya, Maret & April. Semoga Samawa!
Beranak pinak dan beranak penak.
Berkembang biak dan berkembang baik.

Haha !

________________
* Naskah fragmen Ontran-Ontran Baliawan itu ditulis oleh Giati Anisah. Idenya dari Rakai Hino. Begitu keterangan yang aku dapat dari unggahan foto di facebook milik Aik Vella--kalau tidak salah, saat itu Aik jadi ketua UKM Teater Hampa. Dalam unggahan itu Aik menulis judulnya " Ontran-Ontran Balingawan". Pertunjukan berlangsung tahun 2012. Tentang pertunjukan itu, nanti perlu aku konfirmasi ke beberapa teman yang terlibat.

You Might Also Like

1 komentar